Senin, 29 November 2010
Salam! Keep Yourself Alive!

Kali ini saya mencoba untuk menulis pengalaman saya membudidayakan/mengkultur Daphnia sp.- sejenis kutu air, udang renik - yang merupakan pakan hidup alami untuk ikan2 kecil/juvenil.

Sementara ini saya bekerja di Bogor, sedangkan rumah tinggal dan keluarga saya ada di Rajapolah Tasikmalaya. Sudah lama disini saya mencari info, tempat dimana saya bisa membeli bibit Daphnia sp. dan Moina sp. (=juga sejenis kutu air, udang renik). Akhirnya, pada bulan kemarin, Oktober 2010 saya mendapatkan info tempat saya bisa membeli bibit Daphnia sp. di Bogor (sebenaranya, katanya, tersedia di BBAT Sukabumi, tapi cukup jauh dan jalannya agak padat). Saya mendapat email dari salah satu blog yang berisikan info tersedianya bibit Daphnia sp., yakni di Bpk. Dani Indrawan, Jl. Palem Raja No. 20 Bubulak Cifor, Bogor.

Disana saya membeli 2 botol berisi bibit Daphnia sp. (jumlahnya acak) dengan harga Rp. 10.000/botol. Hari itu juga langsung saya bawa ke Rajapolah untuk dikembangbiakkan. Tempat/wadahnya telah disediakan berupa kolam terpal dengan dinding bambu ukuran (3 x 2) m2. Diisi air setinggi +/- 50 cm dan di tengahnya digantungi karung berisi kotoran kambing (+/- 5 kg) yang telah disiapkan sehari sebelumnya.

Esok harinya (18 Nop 2010), 2 botol bibit Daphnia sp. tersebut saya masukkan ke dalam kolam terpal. Sebagian atas kolam terpal tersebut saya tutupi dengan dedaunan agar tidak terlalu tersinari matahari secara langsung.

Setelah saya amati tiap hari sampai saya berangkat kembali ke Bogor tgl. 22 Nop 2010, alhamdulillah........jasad-jasad renik itu dapat hidup dengan damai, dengan harapan semoga dapat berkembang biak sehingga nantinya dapat saya gunakan untuk pakan larva ikan Gabus (Channa striata) apabila saya telah berhasil membudidayakannya.

Mohon do'a dari para pembaca budiman, agar proyek saya ini bisa berhasil, dan semoga bermanfaat. Bila ada yang ingin ditanyakan, silakan menghubungi saya di anwar.tassno@yahoo.co.id atau (sms) HP : +628112112962. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam Sukses Selalu!
Muhamad Anwar di Bogor
Selasa, 06 Juli 2010
Welcome Back!

Pada awal musim hujan tahun lalu, saya menanam 20 ekor ikan Gabus, yang sebelumnya saya besarkan di kolam lain, rata-rata ukuran panjangnya +/- 30 cm.
Sebulan yang lalu, saya coba untuk memanennya (=ngabedahkeun, Bhs. Sunda)........masya Allah.....innalillahi wa inna ilaihi raji'un......apa yang saya dapatkan? Ha..ha...ha........ikan Gabus saya tinggal 4 ekor!!!
Pengalaman bagus!
Kemungkinannya :
1. Ikan-ikan Gabus saya melompat keluar balong (=empang), mencari tempat baru. Hal ini dimungkinkan, karena saya pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri, bagaimana jagonya ikan ini melompat.....kekuatan ekornya bo....! Bisa juga keluar balong melalui saluran air masuk ke balong.
2. Dimakan predator. Ini dikarenakan, pernah terlihat adanya Biawak (= bayawak, Bhs. Sunda ;sejenis reptil spt. buaya, jauh lebih kecil).
Well..........tadinya mo nyoba memijahkan ikan-ikan ini......tapi apa daya......but....next time will be better.

Keep the spirit alive man!

Setelah balong kembali diairi, saya coba lagi bulan itu (Juni 2010) menanam ikan Gabus kecil sebanyak 17 ekor. Tentu saja sebelumnya saya perbaiki dulu balongnya dengan menutup lubang-lubang yang memungkinkan sang ikan nyosor keluar balong. Kalau melompat, gimana? Nanti saya coba lagi pikirkan caranya untuk mengatasi kendala ini.
Pengetahuan saya di Bogor, pada tiap empang kecil, hanya ada koloni sepasang ikan Gabus. So, bukan kebiasaan untuk ikan ini untuk hidup bergerombol, tentu saja kecuali pada semasa masih kecil, mereka bergerombol. Setelah dewasa, masing-masing mencari rumahnya untuk berpasangan. Mudah-mudahan dugaan saya ini salah. Kalau benar, harus berapa empang yang saya sediakan?

Kawan-kawan,
Experience is the best Teacher!
Okay,
Keep in touch!

Bogor, 6 Juli 2010

Total Tayangan Halaman

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut


;