Selasa, 10 November 2009
Alhamdulillah,
Tidak terasa, sudah hampir 1 tahun saya memasukkan benih ikan gabus ke balong/empang pembesaran. Waktu itu ukuran benih yang saya tebar kira-kira sebesar daun padi. Bulan kemarin (karena sementara ini saya bekerja di Bogor, sebulan sekali mudik ke Tasikmalaya) saya melihat di balong sudah ada ikan gabus yang ukuran panjangnya kira-kira 40 cm.

Saya merencanakan, setelah balong satu lagi terisi penuh air (di tempat saya tadah hujan, sehingga jika musim kemarau balong yang satu ini kering kerontang), ikan-ikan gabus yang cukup besar ini akan saya jadikan bibit untuk dipijahkan. Menurut teori dan pengalaman, dipicu oleh turunnya air hujan dan kecukupan pakan untuk larva ikan, ikan-ikan gabus yang sudah matang gonad ini akan memijah (sebelumnya juga sudah ada ikan gabus yang berpijah di balong ini).

Untuk mengatasi kendala kurangnya air pada musim kemarau, saya juga merencanakan, untuk kolam ini akan diterapkan sistem resirkulasi air (RAS), sehingga mudah-mudahan, walaupun musim kemarau, balong ini masih bisa berfungsi, mohon do'a dari semua......amiin!

Kita hanya bisa berencana, Allah jualah yang memastikannya. Saya sudah punya banyak rencana dengan ikan gabus, semoga Allah mengabulkan rencana-rencana saya itu. Amiin!

Sekian dulu......terima kasih atas perhatiannya dan bagi yang sudah berpengalaman dalam budidaya ikan gabus dan pengelolaannya, mohon saran dan kritiknya.

Wassalamu'alaikum wr. wb.
Bogor, 10 Nopember 2009
Kamis, 29 Oktober 2009
ALBUMIN memegang peran penting bagi sistem metabolisme dalam tubuh. Tiap hari tubuh membutuhkan zat ini dengan kadar antara 3,5 gram per desiliter (g/dl) sampai 4,5 g/dl. Hati adalah organ utama yang memproduksi albumin.
Namun, Anda tidak bisa hanya memasrahkan produksi zat ini kepada hati. Apalagi, masa pakai albumin dalam tubuh hanya bertahan tujuh hari sampai 10 hari. Tubuh juga membutuhkan bantuan protein dari asupan makanan bergizi setiap hari dalam memproduksi albumin.
Dalam makanan, protein bisa didapat dari hewan maupun sayur-sayuran. Protein hewani bersumber dari berbagai jenis ikan, daging, dan telur. Sedangkan sayur-sayuran penghasil protein nabati.
Berdasarkan beberapa penelitian, ikan gabus memiliki kandungan atau kadar protein tinggi, yang berperan membantu pembentukan albumin. Tak heran bila pasien pasca pembedahan dianjurkan banyak mengkonsumsi ikan gabus untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
Suhanto, dokter dan Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Mediros, di Jakarta Timur, bilang, meningkatkan kadar albumin tak harus dengan selalu mengkonsumsi ikan gabus. “Pada dasarnya, ikan memiliki protein paling baik,” imbuhnya.
Memang, ikan gabus yang punya banyak nama lain ini mengandung protein lebih tinggi dibandingkan ikan air tawar lainnya. Kadar proteinnya sekitar 20 gram dalam ikan berbobot 100 gram. Hanya ikan bandeng yang bisa menandingi kadar tersebut. Sedangkan ikan lele dan ikan mas hanya memiliki kadar protein 16 gram dan 17 gram.
Ikan gabus sangat mudah ditemukan di pasar. Umumnya, dijual dalam bentuk kering asin dan segar dengan kandungan protein yang setara, hanya, ikan asin memiliki kadar garam lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan hipertensi atau darah tinggi.
Ikan gabus juga mudah dicerna oleh tubuh. Rendahnya serabut kolagen menyebabkan tekstur dagingnya lebih empuk ketimbang daging ayam dan sapi. Makanya, ikan gabus cocok dikonsumsi bayi yang belum sempurna saluran pencernaannya dan orang yang baru selesai menjalani operasi pembedahan.
Ikan laut juga dikenal punya protein tinggi. Misalnya, kadar protein dalam 100 gram ikan tuna mencapai 22 gram. Bandingkan dengan kandungan protein dalam telur, yang biasa dikonsumsi orang setiap harinya. Rata-rata kandungan protein dalam telur hanya sebesar 13 gram.

Paket Irit Meminum Ekstrak Ikan Gabus
JIKA pascapembedahan belum bisa memakan makanan berat, si pasien dapat mengkonsumsi ikan gabus. Tapi yang diambil hanya sari ikan itu saja. Caranya, rebus ikan gabus hingga seluruh sarinya keluar. Kemudian, sari ikan disaring dan dikonsumsi/diminum layaknya air minum.
Memang, rasa dan baunya yang amis membuat ekstrak ikan gabus tidak popular. Padahal, ekstrak ini bermanfaat bagi tubuh. Bahkan, khasiat ekstrak ikan gabus bisa setara dan bisa menggantikan serum albumin. Harganya juga murah, ketimbang sebotol serum albumin yang sampai Rp. 1 juta (isi = 10 ml).
Penggunaan ekstrak ikan gabus sebagai pengganti serum albumin diperkenalkan oleh Eddy Suprayitno M.S., professor di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang. Dari hasil penelitiannya terungkap, dengan mengkonsumsi 2 kilogram ekstrak ikan gabus setiap hari selama delapan hari bisa meningkatkan kadar albumin dalam tubuh, dari 1,8 g/dl menjadi 3,5 g/dl.
Eddy membandingkan dengan konsumsi 15 butir telur per hari selama delapan hari. Hasilnya, konsumsi telur malah menimbulkan efek samping, yaitu kolesterol.
(Oleh : Sanny Cicilia Simbolon dalam SK KONTAN Edisi Selasa, 27 Oktober 2009)
29 Oktober 2009
Sabtu, 05 September 2009
Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah: aruan, haruan, betutu (Mly.,Bjn), kocolan (Btw.), bogo, deleg (Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793).
Gabus dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut.
Ikan gabus merupakan ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.
Sisi atas tubuh --dari kepala hingga ke ekor-- berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya
Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok.
Seringkali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.
Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan dekat tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.
Salah satu kerabat dekat gabus adalah ikan toman (Channa micropeltes), yang panjang tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari 5 kg.
Diketahui bahwa ikan ini sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting. Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka. Pemberian daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya telah dicobakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah dan membantu penyembuhan beberapa penyakit.
Untuk selengkapnya silakan baca di: http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_gabus
(Sumber : Wikipedia)
Untuk lebih mengenal jenis/spesies lain ikan gabus, dapat juga dibaca di : www.snakeheads.org terutama yang banyak terdapat menyebar di Amerika dan Eropa.
Jumat, 28 Agustus 2009
Halo sobat,

Saya newbie di blogging nih.......so, mohon saran dari sobat semua. Kenapa Ikan Gabus? Salah satunya adalah, belum banyak orang yang membudidayakannya, sedangkan manfaatnya ada tersimpan di dalamnya diantaranya saya sisipkan artikel di bawah ini :

INFUS pasien yang kadar albuminnya rendah, menelan biaya yang tidak sedikit yakni sekitar Rp1,4 juta. Karenanya, jagalah, agar kadar albumin normal pada kisaran antara 3,5 – 4,5. Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof Dr dr Nurpudji Astuti, mengaku sangat perihatin atas hal tersebut. Dia pun berupaya menemukan bahan lain untuk meningkatkan kadar albumin, dengan biaya yang tidak mencekik leher. Ikan gabus pun menjadi pilihan, karena mudah didapat, dan harganya juga murah.

PADA ujicoba pertama, ahli gizi itu memberikan masakan ikan gabus kepada pasien di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Berhasil. Kadar albumin pasien meningkat. Kini, ekstrak ikan gabus telah dikemas dalam bentuk kapsul, dengan harga Rp 7000 perkapsul.

Dua kapsul diminum tiga kali sehari. Sama dengan enam kapsul, sama dengan Rp 42 ribu setiap hari. Kalau kapsul harus diminum selama sepuluh hari, jumlah seluruh biaya adalah 10 x Rp 42 ribu atau sama dengan Rp 420 ribu. Bandingkan dengan biaya infus yang sebesar Rp 4,2 juta. Suprise, kita bisa menghemat 90 persen.

Dengan nomor publikasi 047.137.A, tertanggal 8 Maret 2008, Departemen Kehakiman telah mengumumkan permohonan paten yang telah didaftarkan Ibu Astuti dengan nomor P00200600144, dengan judul produk Konsentrat Protein Ikan Gabus.

Untuk lebih menguji kehandalan suplemen makanan itu, kapsul tersebut dikirim Nurpudji ke rekan-rekan dokter di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dengan sebuah pesan, "Berikan kepada pasien gula, patah tulang, TBC, stroke dan gizi buruk". Hasilnya? Pasien lebih cepat sembuh, kondisi juga menjadi lebih baik.

Bagi sebagian orang, ikan gabus tak masuk hitungan lauk favorit. Untuk nelayan pun ikan gabus dianggap kurang bernilai ekonomis. Namun, di tangan dokter Nurpudji Astuti, ikan ini memiliki nilai tambah.

Ikan yang tak disukai karena baunya yang amis ini, dia "sulap" menjadi suplemen makanan yang berfungsi menjaga metabolisme tubuh, menaikkan kadar albumin, dan mempercepat pemulihan kesehatan. Ikan gabus diracik sedemikian rupa, dibuat serbuk, kemudian dimasukkan dalam kapsul. Bau amis ikan yang tak disukai itu pun hilang dan tak terasa lagi.

Hampir semua pasien berkadar albumin rendah yang diberi suplemen dari ikan gabus ini, kadar albuminnya naik lebih cepat ketimbang pemberian albumin lewat infus. Bahkan, pasien berkadar albumin rendah yang diikuti komplikasi penyakit lain seperti TB, diabetes, patah tulang, stroke, hingga HIV/AIDS, kondisinya bisa lebih baik dengan pemberian kapsul ikan gabus.

Pada anak dengan gizi buruk dan berat badannya kurang, pemberian biskuit dari bubuk ikan gabus, membuat berat badan mereka naik minimal 1 kilogram perbulan. Maka, bersama kader posyandu, petugas puskesmas dan rumah sakit yang merawat anak bergizi buruk, Nurpudji memberikan biskuit ikan gabus secara rutin.

Ibu hamil kurang gizi juga diberi kapsul ikan gabus untuk asupan protein dan zat besi yang diperlukan selama masa kehamilan agar bayi yang dilahirkan lebih sehat. Nurpudji memandang, albumin dalam tubuh sebagai indikasi mortalitas, morbiditas, dan metabolisme tubuh. Albumin juga berfungsi mempertahankan regulasi cairan dalam tubuh.

Bila kadarnya rendah, protein yang masuk ke dalam tubuh akan pecah, dan tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan, penyerapan obat-obatan yang seharusnya berfungsi menyembuhkan, tak akan maksimal.

Oleh karena itu, pasien berkadar albumin rendah diberi infus untuk menaikkan kadar albuminnya. Namun, infus itu biayanya mahal, Rp 1,4 juta setiap pemberian. Ini pun minimal harus diberikan tiga kali. Untuk pasien tak mampu, ini memberatkan.

Kondisi tersebut membuat ibu tiga anak ini berusaha mencari bahan lain untuk menaikkan kadar albumin dengan harga terjangkau. Ahli gizi yang melakukan banyak penelitian ini pun sampai pada ikan gabus yang mengandung kadar albumin tinggi. Ikan gabus dipilih juga karena relatif mudah didapat dan harganya murah.

Dalam percobaan pertama, Pudji memberi masakan ikan gabus kepada pasien di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Ikan gabus dalam bentuk makanan ini berhasil menaikkan kadar albumin. Tetapi, jumlah petugas dapur di rumah sakit kurang. Kalaupun ada, mereka kewalahan meracik ikan gabus, apalagi dengan komposisi yang dianjurkan.

"Saya mencoba membuat cairan, lalu dimasukkan melalui selang makanan. Ini pun berhasil, tetapi banyak pasien yang menolak baunya," tutur Pudji.

Dia lalu mencari cara agar pemberian ikan gabus bisa lebih mudah. Bersama beberapa rekannya, Nurpudji melakukan percobaan membuat ekstrak ikan gabus dan memasukkannya dalam kapsul. Cara ini berhasil karena pemberiannya lebih mudah, dan pasien tak lagi menolak baunya.

Nurpudji sebenarnya meneliti ikan gabus sejak 1994. Pada 2003, Nurpudji mulai memberikan cairan ikan gabus melalui selang makanan pada pasien di Rumah Sakit Wahidin. Tahun 2004-2005, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ini membuat ikan gabus dalam bentuk kapsul.

Untuk meyakinkan dan membuktikan suplemen makanan yang dibuat itu bisa diterima di mana-mana, Pudji mengirimkan kapsul tersebut kepada rekan dokter di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta.

"Saya minta mereka memberikannya kepada pasien dengan beragam penyakit seperti luka patah tulang, stroke, gula, TB, atau gizi buruk. Hasilnya, pemberian suplemen makanan ini membuat pasien sembuh lebih cepat, dan kondisinya menjadi lebih baik," paparnya. (asw)
Juga ini :

>Malang, Kompas - Guru besar pertama untuk Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (Unibraw) akan dikukuhkan hari Sabtu (4/1) ini, dengan materi pidato pengukuhan mengenai hasil penelitian albumin pada ikan gabus. Penelitian ini sangat berpotensi untuk menggantikan serum albumin yang mencapai Rp 1,3 juta per 10 mililiter.Demikian disampaikan Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS dalam jumpa pers, Jumat (3/1), di Malang. Ia hari ini akan dikukuhkan sebagai guru besar pertama untuk Fakultas Perikanan Unibraw.Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen. Manfaatnya untuk pembentukan jaringan sel baru. Di dalam ilmu kedokteran, albumin ini dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi atau pembedahan.Pada penelitian Eddy, ternyata di dalam ikan gabus atau dikenal secara lokal sebagai ikan kutuk ini, terdapat albumin pula. Dan, ini tidak terdapat pada jenis ikan konsumsi lainnya, seperti ikan lele, nila, mas, gurami, dan sebagainya."Masyarakat sampai sekarang sangat sedikit yang mengenal manfaat ikan gabus ini. Padahal, ikan gabus ini masih mudah ditemukan," kata Eddy.Salah satu lokasi yang banyak ditemukan jenis ikan gabus, di antaranya di Bendungan Sengguruh atau bendungan lainnya. Masyarakat setempat yang berpencaharian mencari ikan sering memperoleh jenis ikan gabus ini. Tetapi, hasilnya masih jarang digunakan untuk menunjang kegiatan medis, terutama bertujuan untuk menggantikan serum albumin yang mahal itu.(NAW)
So......saya sekarang sedang membesarkan benih ikan Gabus yang saya import dari Bogor.......ukurannya bisa mencapai panjang +/- 50 cm, yang pernah kami tangkap. Nanti, pada musim penghujan yang akan datang, saya akan mencoba untuk memijahkannya.

Jadi...kalo ada sobat yang tahu tentang info hal ikan Gabus.......berbagilah dengan saya....untuk melestarikan salah satu potensi ikan yang ada di Indonesia.

Long live Indonesian Fisheries!

Salam,

Anwar Tassno

Total Tayangan Halaman

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut


;